Setelah mengilang berbulan – bulan, laksana bayangan tanpa
seseorang. Aku mempertahankan kesendirian yang kian lama kian menyakitkan. Tetapi bagiku, pergi
bukanlah sebuah pelarian.
Untaian kata demi kata telah aku sampaikan, yang hanya kau lihat tanpa kau beri balasan. Seakan kau tidak perduli betapa risau nya aku ingin meminta sebuah kejelasan.
Sekejap kau datang hanya untuk mengutarakan alasan, lalu kau
meminta untuk aku menghilangkan kita. Kiramu setelah meminta aku akan menuruti.
Tidak, kau salah besar. Tidak mungkin semudah itu aku merelakan kita yang sama
istimewanya dengan semesta.
Tetapi kau memilih untuk pergi bersama egomu sendiri. Enggan
mendengarkan sebuah jawaban.
Mengacuhkan sebuah tangisan.
Sadar tidak telah membiarkanku tersandra rasa yang tak
bersandar?
Lelahku kala itu tidak bisa menghentikanku. Aku terlalu
berambisi untuk menanti. Aku sangka lamaku menunggu di sini akan membuatmu
kembali dan menata kita lagi. Menengok
kebelakang, lalu akan berucap bahwa kau juga merindukanku.
Kadang aku tidak perlu berkhayal setinggi itu.
Seakan menumbuhkan harapan kemudian dijatuhkan oleh kenyataan.
Kadang aku tidak perlu berkhayal setinggi itu.
Seakan menumbuhkan harapan kemudian dijatuhkan oleh kenyataan.
Alih – alih aku tau
jika bosan adalah alasanmu.
Belum juga selesai, kau sudah memiliki wanita lain yang akan
dijadikan pengganti dambaan hati. Mengungkap beberapa tanya, salah satunya mengapa kau memilih
untuk mendua?
Ingin ku cabut sumpah setia, yang terbukti sebagai dusta.
Terlanjur sudah aku yang membuang waktu terlalu panjang
untuk lelaki yang tidak tau diri. Ternyata bukan hanya kau yang hilang, bahkan rasamu
sudah tidak ditemukan.
Aku terhenti bersama hati yang sudah tidak dimiliki. Takdir
semakin mendorong untuk pergi, dikala rasamu juga sudah mati.
Berpasrah kepada kenyataan adalah pilihan yang tidak bisa
diganti.
Keberadaanku sudah tidak diharapkan, jadi untuk apa aku
bertahan.
Kau tidak mengerti mengenai ikhlas tetapi tidak rela berakhir
seperti ini.
Semudah itu kau mengacaukan begitu saja yang sudah bertahun tahun terata rapih.
Semudah itu kau mengacaukan begitu saja yang sudah bertahun tahun terata rapih.
Air yang kau bawa dari penjuru lautan terlau meruah. Menyababkan
awan menjadi angkuh kepada luluh. Kau telah membuat hujan deras malam itu, yang
belum juga reda hingga dini hari.