Sabtu, 08 Februari 2020

Dalam Tenang


Susah, padahal marah kalo dibandingkan. Tapi kenapa sendirinya menyamakan hidup dengan orang lain. Ya gimana, mau berjalan menuju mimpi saja banyak janggal.

Ini aku sendiri yang berbicara.

Mau menjadi apa nantinya, sudah menjadi pertanyaan semua orang. Mau dijelaskan juga aku sedang menunggu takdir Tuhan. Jika aku beritahu lebih dulu, bagaimana jika nantinya yang ditemui bukan mimpiku?

Dijuluki seorang pemimpi besar yang telah ditutupi ketakutan yang lebih besar. Yang merasakan hancur, padahal utuh.

Mencari bagian mana yang harus diperbaiki, tidak ada.  Yang terasa lara hanya membutuhkan rehat. Mengingat lagi yang akan membuat semangat, sayangnya tidak ada. Ternyata lara itu semakin membesar jika hanya didiamkan, tapi mau bergerak pun bagaimana? Banyak yang menghalangi.

Berjalan masih mampu, tapi tak tau akan kemana. Semua yang dilewati indah tapi tanpa rasa . Taunya setiap letak yang akan aku injak, merupakan jurang tanpa penolong.

Pintu yang aku masuki selalu salah. Takut itu tak kunjung mati. Aku kira memejamkan mata akan membaik, ternyata aku bertemu yang lebih buruk di dalam mimpiku.

Bagaimana dengan tenang?
Sudah kucoba, tapi tidak ada.

Orang-orang mulai lalu lalang mengurus hidupnya. Yang membaik, yang sesuai rencana. Bahkan dalam waktu yang lama, mereka masih bahagia.

Tengok kesini, dalam waktu yang lama masih aja seperti ini. Menangis tidak, bahagia juga tidak. Maunya diam saja tidak melakukan apa-apa. Biar Bumi yang berputar. Menemukanku dengan terang matahari asli, lalu melalui bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...