Senin, 21 September 2020

Merintik


 Semesta, aku menyambutmu lebih risau hari ini

Langitmu pun sama, masih merintik 

Tidak jauh beda dari letak rona merah yang dihias indah

Masih dengan hari-hari pencarian jati diri

Memikirkan pikiran landai yang tidak pernah usai

Memimpikan gapai yang tak berujung  dan tetap terkurung

Bahagia sedang tidak seirama, ia bersama lawannya

Lawan yang lebih nyaring deringnya

Lawan yang dirisaukan semua yang bernyawa

Hidup sedang menunjukan kehidupannya

Yang tidak melulu membahas akan kemana pergi, akan siapa yang menemani, akan bagaimana nanti

Itu adalah teka-teki waktu tanpa petunjuk

Bahkan sebelum berani itu ada, kau sudah harus menghadapinya

Kalau hari ini dipersembahkan yang terindah, hari esok ada lagi?

Iya, ada lagi yang menyedihkan?

Yang di terima dengan pura-pura lapang

Yang di terima dengan pura-pura senang 

Yang di terima dengan kasih

Pertanyaan tidak akan menemukan jawaban, jika tidurmu kurang

Beristirahatlah dari segala hal yang akan curam

Tidak lain yang dinikmati hari ini, akan selesai cepat nanti

Memang banyak yang diharapkan berakhir sama seperti cerita, tapi tidak tercipta

Ya, begini saja

Menunggu bahagia mendapat jatahnya

Dengan hati yang senantiasa menerima lubangnya

Kamu akan bahagia, entah bagaimana proses kamu mendapatkannya.

Tuhan tidak akan menyia-nyiakan bibir manismu untuk selalu tertutup

Dalam beberapa hitungan, kamu akan bahagia dengan sederhana, setelah kamu mensyukuri semuanya.

Hari ini oksigen masih kau hirup, kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...