Menjadi mimpimu setiap malam, seperti apa ya?
Menjadi keinginan yang kamu usahakan untuk
tercapai, seperti apa ya?
Menjadi angan yang pastinya sudah tidak perlu
di tanyakan. Kamu menyeretku untuk memberikan titik ku tepat di hangat
dekapanmu. Kamu tidak membiarkan aku meneruskan kalimat yang jika di teruskan pun,
akan tetap kamu tujuanku.
Sempat menangkap genggaman, sampai tanganku
membiru dan kaku. Tidak ada sedih kala itu. Jika saja kedua tanganku bisa di
genggam seterusnya olehmu, akan ku biarkan ragaku menjadi milikmu.
Tidak ada kasar tangan yang menggores kecil di
permukaan pipiku. Yang meratakan air yang jatuh dari pelupuk mataku.
Kamu telah memenangkan kita. Kita yang jelas hanya
tersisa kamu, sedangkan aku sudah musnah dengan semua amarah. Ini bukan sebuah
perlombaan. Hanya saja kamu sebagai pemenang yang mampu mempertahankan ego
paling benar kapanpun kamu ada.
Jika kamu kelelahan dalam mempertahankan, aku
sudah tidak lagi akan menguatkan. Seharusnya kamulah yang paling kuat. Karena
aku telah singkir dan tak lagi terukir. Kulit yang seharusnya mampu
melindungiku dari apapun itu, sudah lusuh dan tak lagi utuh. Sudah habis yang
seharusnya masih ku pegang erat.
Sayangnya, waktu itu aku terlalu menyayangimu.
Hingga aku melepaskan semua yang menguatkanku untuk menggenggam tanganmu. Aku
kira kamu yang paling kuat untuk membuat ku menjadi hebat.Ternyata kamulah pembuat sekat nyata dan
harapan.
Tidak diduga sekian
lama dipercaya ternyata menjadi seorang penyimpan dusta. Perlihat percakapan
berarah itu hilang makna. Kaimat-kalimat terbang itu tak terkendali di dalam
jurang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar