Ini sepertinya akan menjadi suara laut
kepada yang menikmatnya.
Pagi tadi saya berkunjung ke salah satu
wisata yang sangat terkenal di daerah Brebes yakni Pantai Randusanga Indah. Tempat
wisata ini menjadi andalan para warga Brebes karena biaya masuknya sangat
terjangkau, hanya Rp. 4000 per orang. Pantai randusanga ini cukup terkenal
karena menjadi salah satu wisata yang letaknya tidak jauh dari pusat kota
Brebes.
Kedatangan saya kesana berniat ingin
olahraga di tepi pantai, ditemani suara ombak dan sapaan mentari pagi. Namun
ekspetasi saya dipatahkan ketika menginjakan kaki di depan lautan lepas.
Terlihat sangat jelas dampak dari pencemaran laut. Sampah-sampah itu meramaikan
tepi pantai. Ombak demi ombak yang datang itu membawa keramaian itu kembali.
Ada banyak kayu-kayu yang diseret ombak ke
tepi pantai. Mulai dari ranting pohon kecil sampai batang pohon yang berukuran
cukup besar. Entah dari mana kayu-kayu ini berasal. Namun keberadaannya sangat
mengganggu pemandangan. Saya sempat mengabadikan beberapa foto yang
menggambarkan suasana haru melihat kondisi laut saat ini.
Tidak hanya sampah kayu, saya juga menemui
sampah plastik sekali pakai ikut meramaikan pantai. Salah satu sampah plastik
itu berasal dari brand kecantikan terkenal. Saya mencoba mendekati
sampah-sampah itu dan mencoba mengambil salah satunya. Dari warnannya belum
cukup pudar namun sebagian tulisannya sudah menghilang, seperti telah lama
terombang-ambing di atas lautan. Plastik -plastik ini mungkin telah sampai ke
tepi daratan, saya berinisiatif memulai memungutinya. Beberapa sampah plastik saya ambil dari tepi pantai dan saya buang ke
tempat sampah. Namun kelihatannya percuma saja. Hamparan luas pantai itu penuh
dengan sampah dan manusia yang sedang sibuk bercengkrama. Namun sayang tidak
semua manusia mempunyai rasa kemanusiaan. Sebagian dari kita hanya mengeluh
mengapa pantai sekarang kotor? Lalu meninggalkannya tanpa ada upaya
membersihkan.
Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi hari ini. Entah pemerintah daerah belum melihatnya atau memang sudah tau namun mengabaikannya. Karena sama sekali tidak ada petugas kebersihan yang ditugaskan untuk membersihkan area pantai.
Hal ini sangat disayangkan karena bagaimana
pun laut telah mencukupi kebutuhan baik itu pangan maupun mata pencaharian.
Namun dalam perlakuan, manusia-manusia cepat lalai dengan apa yang sudah mereka
lakukan. Siapa lagi yang menghasilkan sampah sebanyak itu, jika bukan manusia?
Siapa lagi yang meramaikan pantai, jika bukan manusia?
Namun, dari kumpulan sampah dan keresahan
ada satu mutiara dibalik tumpukannya. Seorang Ibu dengan pakaian tertutup
menyusuri pantai dan mencari mengumpulkan sampah plastic yang mungkin nantinya akan dijual. Membiarkannya memenuhi kantong yang dia sampirkan di bahunya.
Potretnya sungguh memilukan di tengah keresahan manusia terselip rejeki untuk
manusia lainnya.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar