Jumat, 30 Juli 2021

Satu Rumah Satu Tanah

 


ada dua manusia berbeda masa

yang satu tak tau apa-apa

yang satu tertinggal semuanya

siapa yang akan pandai berkata?

ia yang akan tumbuh besar meraih cita-cita

atau ia yang semakin renta?

tidak keduanya

jika mereka melupakan waktu yang terus berjalan

sekalipun satu manusia berganti tujuan

atau mati sebagian

ialah hidup

yang masanya akan selesai

yang suaranya tak lagi lantang

yang napasnya tak lagi terdengar

berbeda masa pun

akan sama-sama mati

lalu saling bertanya

"mengapa disini?"

Katanya pada tanah-tanah yang tak bercelah

"bukannya kau yang kusiram untuk menyuburkan pohonku

mengapa aku juga yangg ada di dalammu?"

Sanggupkah membagi dua setetes air?

 


Semasa sekarang aku menanti mekarnya kembali

Dari benih yang ku tanam di atas tanah yang ku gali sendiri

Namun tidak juga menyambungi kembali

Dari semua yang ku serahkan

Ia menuntutku untuk pasrah

Ketika alarm berdering siang hari

Baruku mengerti dan bermula kembali

Hidup tidak hanya meminta apa yang sudah tersemai

Setetes aliran jernih milik seluruh dunia

Secuil kekosongan dunia pun aku merasakannya

Karena bersama

Mampukah kita saling menanam benih meskipun sama-sama tak punya?

Sanggupkah membagi setetes air?

Maukah sama-sama ulung dalam kekeringan?

Kendati tidak lagi puutih

Kendati tidak kunjung pulih

Kendati telah bindam

Selayaknya manusia yang hanya pandai berdoa

Padahal kaki dan tangannya tidak melakukan apa-apa

Tentulah masih manusia dengan kehidupan seenaknya

Cermin Sayang

 


Yang kau lihat tegak lurus denganku

Adalah kaki yang sama

Saat aku melompati batu

Saat aku memikul kayu

Saat aku bersamamu

Cerminku ini akan retak dan lusuh

Kucari penggantinya yang tidak sepertinya

Maukah kau, duhai sayangku?

Yang memahat tawa merdu

Yang pula menangis pilu

Yang mampu menjadi satu

Dengan suka rela menjadi bayanganku

Maukah kau, duhai sayangku?

Jika kau cermin

Retak pun tetap ku sayang

Lusuh pun akan ku belai

Maukah kau, duhai sayangku?

Hanyalah kau, duhai sayangku.

Selasa, 06 Juli 2021

tidaklah berguna aku?

pada sebuah mata menatap 

aku mengukap dekat 

rentang tangan mendekap 

tak kau balas dengan erat 


aku menatimu pada celah 

yang tak kunjung kau jumpai 

aku menantimu pada sebuah rumah 

yang tak kunjung kau singgahi 


tidaklah kau mencari 

kesana kemari

padahal aku disini 

pada berangkatmu 


yang menanti pulangmu  

benar kau pulang 

namun dengan rumah lain yang kau genggam 

tidaklah berguna aku? 



siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...