Jumat, 30 Juli 2021

Sanggupkah membagi dua setetes air?

 


Semasa sekarang aku menanti mekarnya kembali

Dari benih yang ku tanam di atas tanah yang ku gali sendiri

Namun tidak juga menyambungi kembali

Dari semua yang ku serahkan

Ia menuntutku untuk pasrah

Ketika alarm berdering siang hari

Baruku mengerti dan bermula kembali

Hidup tidak hanya meminta apa yang sudah tersemai

Setetes aliran jernih milik seluruh dunia

Secuil kekosongan dunia pun aku merasakannya

Karena bersama

Mampukah kita saling menanam benih meskipun sama-sama tak punya?

Sanggupkah membagi setetes air?

Maukah sama-sama ulung dalam kekeringan?

Kendati tidak lagi puutih

Kendati tidak kunjung pulih

Kendati telah bindam

Selayaknya manusia yang hanya pandai berdoa

Padahal kaki dan tangannya tidak melakukan apa-apa

Tentulah masih manusia dengan kehidupan seenaknya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...