Rabu, 22 Desember 2021

Luka Lama

 ada semesta yang kembali dibuka lembarnya

yang sempat disanjung cipta bahagianya
tanpa tanaman ragu mengungkapkannya
pena berwarna yang menulis cerita sederhana
dalam selembar pelangi yang lagi-lagi
disanjung cipta bahagianya
tanpa kikisan pada kepercayaannya
tinta permanen itu mengetuk palu
ingin terus ia yang menulis cerita
dalam lembar buku pertama, dan selanjutnya
hingga bukunya tertutup, berganti, lalu sama-sama lusuh
pertanyaan-pertanyaan kepala
yang jawabannya "iya bersama, iya bersama"
semesta dengan segala keyakinan
"aku bukan yang pada masa lalumu"
mengagungkan rasa yakin bahwa iya
benar adanya, bukan dia rupanya
semesta ini membawa seluruh senja untuk dinikmati bersama
dalam waktu yang sangat lama
tapi senja itu seiring berganti dengan gelap terangnya langit
pada akhirnya mengaku, bahwa ia menggenggam badai
yang disimpan dalam-dalam pada saku celana
yang dikeluarkan kapan saja waktunya
"tidak lagi bisa dilanjutkan"
"tidak perlu mengatakan"
"aku akan meninggalkan"
lalu aku hancur sebagian
berdiri pada semesta kesalahan
memeluk luka lama
tidak lagi-lagi
mempercayai dengan sepenuh hati,
sepanjang hari,
sedekat nadi.
biar saja kau melebur dalam bumi
tak perlu ku tanya mana janji.
pergi, dan jangan pernah meminta kembali
bajingan sayang.
silakan pergi, bajinganku sayang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...