Awan, apakah langit selalu menerima kelabumu?
Awan menjawab; tentu, karena ia adalah rumahku.
Awan, boleh aku ikut pulang?
Awan; mengapa kau di sini?
Tidak tahu, mataku terpejam saat Ibu membawaku ke kolong jembatan, saat itu aku hanya bisa menangis meminta air susu, ia malah meninggalkan.
Sedangkan Bapakku tak pernah sekalipun bertatapan, keringatnya tak pernah menjadi sesuap nasi untukku.
Awan, bolehkah aku ikut pulang?
Awan menjawab; ya, langit adalah tempat yang paling rindang untuk kita yang tersesat di jalan pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar