Rabu, 03 Agustus 2022

Lagi-Lagi

Sejak saat kau meminta aku menggenggam tanganmu erat, aku kira kita berdua akan menulis cerita yang berbeda. Yang tak sama dengan ceritaku sebelumnya. Yang kau katakan tidak semua lelaki pandai membuat luka. 

Aku kira berdua akan terus berjalan pada perjalanan panjang yang senangnya sama-sama, yang letihnya dibagi dua, yang akan berakhir bahagia. Karena sebegitu yakin kau meminta dan menjunjung doa-doa dengan namaku disana.

Kamu menciptakan hari-hari bagaikan matahari pagi sepanjang hari, kian terang, menyinari, tanpa menusuk diri. Kau meminta langit untuk menutup sinar terik agar kau bebas menatap mataku tanpa diusik.

Kau tau sejak saat itu aku tak bisa menolak kehadiranmu. Kau tau sejak saat itu bakatku hanya merindu meskipun sepanjang hari telah bertemu.  Kau tau sejak saat itu, aku gagal untuk menjadi mandiri karena bersamamu aku akan merasa dilengkapi. Kau tau sejak saat itu kaulah yang kupilih untuk mengisi ruang kosong ini dan kau tau sejak saat itu, aku percaya padamu.

Tetapi, di antara hari-hari sibuk untuk pena menuliskan cerita kita, kau meminta untuk disudahi. Bahkan saat halaman belum berganti.

Padahal, aku telah menyiapkan masa depan untuk kau tempati. Padahal, aku sudah menyiapkan kunci agar tak ada orang lain yang bisa kucintai. Agar hanya kau seorang diri di dalam hati.

Tetapi, jika aku memintamu agar kau mencintaiku lagi namun kau menanti cinta yang lain, untuk apa? 

Jika aku memintamu agar tetap disini namun hatimu pada arah pulang yang baru, untuk apa? 

Jika aku mencoba untuk menyadarkanmu namun dengan sadar kau menyakitiku, untuk apa?

Seharusnya tidak ada hari-hari indah di antara kita, jika semua cerita akan sama akhirnya. 

Mungkin menurutmu perpisahan hanyalah sebuah tulisan di dalam layar saja. Tetapi, apakah kau mengerti bagaimana aku mempercayakan diri sendiri bahwa kau menginginkan perpisahan ini? 

Mungkin selama ini kau hanya menganggapku sebagai bunga indah yang kemudian kau paksa untuk patah.

Kau memilih untuk meninggalkanku dengan luka yang sama saat pertama kau mengajakku membuat cerita. Tanpa kau mengerti kesulitanku kembali menata hati. Tanpa kau mengerti kesanggupanku menerima semua ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...