Senin, 24 Juni 2019

Baru




Kali ini tatapanku terbalaskan, sepertinya sasaran mata ini mulai mengetahui siapa yang bersembunyi.
Kamu mulai mengamati siapa wajah asing dibalik sebuah topi yang sengaja digunakan untuk menutupi.

Tidak seharusnya kamu memberikan tsabit bibirmu yang begitu indah, karna itu hanya akan membuatku resah.
Barangkali kamu seperti itu tidak hanya kepada ku. Sedangkan aku melulu dibuat kelu hanya dengan perilaku.

Mendekat.

Sial, mengapa kamu mengulurkan tangan kananmu hari ini? Memberhentikan penyamaran saja.
Kejutan hari ini; berjabat tangan dengan manusia yang dinginnya belum ada yang mampu untuk mencairkan.

Seseorang bisa membantuku?
Aku ingin memberhentikan waktu saat ini.
Agar tangannya berhenti digenggamanku, agar tidak ada wanita lain yang bisa merasakan hangatnya telapak tangan manusia yang sifatnya serupa kutub utara.

Yang melebihi bahagia itu didefinisikan sebagai apa? Aku menyebutnya hari ini. Yang semua kejadiannya belum pernah terjadi sebelumnya.

Tubuh tingginya menunduk seperti sedang menutupi sinar matahari dari gadis mungil ini.
Perlahan melepaskan telapak tangan dari sebuah genggaman.
“Jangan lepas, aku masih ingin menggenggam”, pintaku dalam hati.

Seper sekian detik hanya saling terdiam, membiarkan keheningan menunjukan detak jantung yang bunyinya tak biasa.

Tangannya mengusap kepalaku dengan lembut didampingi sebuah tatapan yang sebelumnya tidak pernah aku duga akan diberikannya kepadaku.

“Hei, siapa namamu?”

Sebentar, aku sedang tidak tidur, jadi mana mungkin ini sebuah mimpi?

Sama sekali tidak ada pantasnya gadis mungil nan tengil seperti aku ini membuat seseorang yang layaknya pangeran jatuh hati. Yang bisa dilakukan sebelum berharap adalah menatap menatap dan menatap rupaku sendiri. Mengupayakan seluruh fakta agar tidak salah bercerita karena terlalu bahagia.

2 komentar:

siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...