Bermula dari seorang pemula yang
hidup di luang lingkup, lingkungan Jakarta. Jangan di pikirkan sekeras apa
kehidupannya. Jika di sandingkan dengan seribu batu pun, Jakarta tidak bisa
dikalahkan walaupun satu petak wilayahnya saja. Kerasnya kota Jakarta, akan dibuat lembut ketika menyambut anugrah Tuhannya. Gedung yang sangat
tinggi sekalipun tidak mampu menggapai keindahan senjanya. Jakarta sudah bukan
lagi kota impian manusia, karena yang bertamasya juga akan berpolusi udara.
Melihat
keramaian Jakarta yang sudah tidak ada tandingannya, membuat aku ingin
menyingkirkan diri sejenak dari kota ini. Yang bunyi klaksonnya selalu membuat
pengertian tidak lagi berarti. Semua orang ingin cepat sampai di tujuan. Semua
orang ingin berhenti dari kelelahan. Semua orang ingin memeperoleh tunai. Tanpa
menuai yang seharusnya tidak semuanya menggunakan ego semaunya. Jakarta tidak
jahat, hanya saja manusianya sudah terbiasa dengan pekat.
Aku yang sudah lama terpaku di
kota seramai ini, sampai merasa tidak mampu menjadi diri sendiri. Setiap langkah yang
mengarah menuju tempat yang sunyi dan bisa mengerti, bukan Jakarta yang
seharusnya di tempati. Sepertinya memang di perlukan mencari keistimewaan,
tetapi bukan dari seseorang. Melainkan tempat bersemayam.
Kepada, Jogjakarta.
Mengapa dikatakan yang paling istimewa di
Indonesia?
Jika Jogjakarta benar – benar istimewa, aku akan mencoba
menyusurinya tanpa mata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar