Mas, kamu ikut mengalir dengan air di sungai mana sih? Bisa
bisanya menemukan aku yang saat itu sama sekali tidak membutuhkanmu, kecuali
sebagai rekan kerja paling banyak bicara.
Tiba-tiba membuat nyaman. Mengutarakan rasa sayang,
mengajak jalan. Kamu curang, mengajak ke toko buku, gimana mau nolak?
Menonton film kesukaanmu, meskipun aku tidak tau siapa itu. Nurut saja, sama
yang punya lebih banyak pengalaman.
Ternyata waktu membuat kita sadar, kalo sebenernya kita
adalah yang saling mencari dan sudah menemukan. Aku kira kamu akan pergi
setelah tau semua malamku, ternyata kamu meneranginya mas. Sebagai bulan yang
paling indah, sabit yang selalu kurang tapi penuh kasih sayang.
Biar aku dibilang egois, memintamu untuk menjadi bulanku
yang hanya aku yang dapat merasakan itu. Biar mereka
bicara aku gila menganggapmu berada di angkasaku.
Asal kamu tau mas, ini yang dulunya sunyi (menunjuk diri sendiri), bersuara dengan
tulisan sendiri. Lihat, sekarang ada yang sudi membacanya hingga titik terakhir dan
selalu bersedia membaca ketika aku menulis lagi.
Dalam ceritamu yang lalu, kamu juga pernah luka. Luka yang hampir sama
sepertiku, bahkan kamu bersama luka dalam jangka waktu yang lebih lama dariku, iya kan mas? Ceritaku sebenarnya tak layak dengar mas, tapi aku tau telingamu hebat. Menahan teriakku ketika bekerja, senduku ketika menangis, dan nyaringku ketika bahagia.
Kita pernah sama-sama berat sebelah kasih, tertatih,
kemudian teralih.
Semesta sudah mengaturnya mas, kita tumbuh dari luka dan
bertahan untuk tidak saling melukai. Kita berdua sepakat.
Mas, kamu membuatku lebih hidup.
Tau sejak kapan? Sejak mencari kesempatan dibalik kesibukan
pekerjaan, kemudian mencuri pendangan di jam makan siang. Sejak kamu merubah waktu lima
menit sepulang kerja menjadi yang kita tunggu. Dengan obrolan tidak tau arah
yang selalu membaur dalam kita. Sejak kita selalu menebak sore, akankah jingga
atau orange. Sejak kamu melarangku untuk bermain hujan dan kamu kalah.
Mas, masih ingat saat kita berdua melulu membahas pekerjaan
yang amat serius? Sekarang pun masih mas, bedanya aku sudah menyayangimu.
Mas, kamu membuatku lebih hidup.
Membuat cita-cita semakin ingin tergapai. Kamu tidak pandai menuai janji mas, yang kamu lakukan selalu
terbukti. Maaf sempat membandingkanmu dengan yang sudah terlewat. Padahal seharusnya kamu tidak perlu membuang banyak keringat
untukku mas, masuk ke dalam labirinku, dan menghadapi aku yang rumit. Yang
sudah menemukan bahagia tapi masih saja menceritakan yang sepantasnya terlupa.
Katamu, aku berhak menulis apa saja di tulisanku dan akan
tetap kau baca. Katamu, karna kamu yakin aku sudah menjadi milikmu yang hanya akan
kembali kepadamu.
Mas, biarkan aku marahi semua wanita yang berusaha
mengganggumu. Aku takut kamu hilang, kembali tak ku kenal, menjadi asing dalam dekat.
Mas, kamulah sang pemilik rumah paling kokoh ini. Tanpa
sangkar kamu biarkan aku berkelana dan tetap pulang di pelukmu. Yang
dimana sudah tersedia bahu ternyaman untukku.
Tidak akan sanggup aku menguraikan semua tentangmu mas, kamu
adalah sesempurnanya Tuhan menciptakan hati manusia. Begitu sabar, bahkan marahmu ramah mas. Terimakasih ya mas, untuk tidak
tersesat di Jupiter.
Aku tau banyak yang ingin kamu sampaikan juga mas. Maaf aku
menyuruhmu untuk menulis, karna aku juga mau merasakan kagum dengan tulisan
dari serorang terkasih. Seperti yang hampir setiap hari kau lakukan setelah
membaca tulisanku mas.
Tapi kenapa kamu merendah? Bahkan tulisanmu lebih bagus
dari bunga matahari layu. Mataku sayup mas, ingin membacanya di depanmu supaya
dan setelah itu memelukmu.
Tulisanmu disini mas, https://kataufi.blogspot.com/2020/05/tulisamu.html
kamu tau aku menyayangimu kan sudah
aku katakan setiap hari. Kamu sudah
mulai terbiasa kan mas? Memahamiku yang rumit ini?
Mas, terimakasih sudah memberi baik pada sang penulis, jangan macem-macem, nanti kamu aku gibeng!
BalasHapusbahayaaaa ah
HapusAnjay 😠pokoknya anjay aja lahðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusKenapa anjayðŸ˜
HapusAnjay 😠pokoknya anjay aja lahðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusKenapa komen 2 kali anjay
Hapus