andai saja saat sekolah dasar otakku tidak bersugesti untuk ikut mendasar dan dungu, mungkin aku akan seperti dia
andai saja menjalani sekolah menengah langkahku lebih cepat dan tau arah untuk memilih kanan atau kiri maju atau mundur berjalan atau saatnya berhenti, mungkin aku akan sepertin dia
andai saja menginjakan kaki pada sekolah atas yang dikatakan ujung tombak penentu masa depan aku tidak sembarangan meletakan pikiran pada haluan-haluan konyol itu, mungkin aku akan seperti dia
andai saja saat itu sepatuku lebih siap, aku tidak perlu mengikatnya berkali-kali
mengisi otak kosong ini dengan materi-materi ini yang katanya berguna untuk negeri, memangnya negeri membutuhkan orang dungu seperti aku?
tapi, jika otak sebesar dia pada kepala kecilku, apa semua juga akan menyanjungku?
mungkin aku akan seperti dia
tidak pernah memburukkan nama baik orang tua dimata tentangga, kamar kecilnya dipenuhi piala besar berjejeran mendesak di jendela, kertas yang bertumpuk sembarangan mempunyai nilai berharga, piagam-piagam tak terhitung jumlahnya, gelar yang panjang perjuangannya, otak yang berfungsi dengan sebaik-sebaiknya
tapi, aku?
masih melingkar pada pertanyaan mau apa jadi apa, bagaimana pekerjaanmu, dimana kamu menghapus cerita untuk mengganti yang lebih bahagia, mengapa kamu terus pada rendah yang tak kunjung tinggi, kemana orang-orang perdulimu, apa kamu tidak mau seperti dia?
suara itu mengisi telingaku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar