Selasa, 02 Agustus 2022

Seharusnya Aku Juga Lupa

 

Seandanya waktu hanya putaran jarum yang tak mampu mengenang masa lalu. Seandainya waktu berjalan lebih cepat saat aku mulai mengingat. Seandainya, aku tidak lagi memikirkanmu dan berhenti berdoa agar kau menjadi tokoh dalam mimpi malam ini.

Pada akhirnya, waktu yang tak bisa lagi kurayakan itu menjadi pemecah keheninganku. Setelah kita memutuskan untuk selesai, mengapa aku sendiri kerepotan untuk menyingkirkan hal-hal yang biasa kurindukan? Apakah kau melakukan hal yang sama? Tampaknya, kau ringan-ringan saja mengakhiri sekian tahun bersama dengan tiba-tiba.

Mengapa akhir cerita tak berakhir dalam pikiranku? Seharusnya kan sudah selesai dan menjadi berantakan seperti yang kau inginkan. Seharusnya tidak adalagi yang harus diselesaikan. Seharusnya perpisahan ini bisa baik-baik saja seperti sebelum adanya pertemuan.

Mengapa sudah diberi luka tetapi masih tak bisa kuanggap kau tiada? Ternyata sulit mengubah rasa percaya padahal sudah ada bukti nyata. Malam saat kau tak mau mengakui semuanya padahal yang kau sembunyikan itu terlihat di depan mata, saat itu tak menyangka bahwa orang yang sangat kupercaya kini membuat luka. Tidak ingatkah kau malam saat kau mengajakku memutari kota? Saat kau mengatakan akulah satu-satunya yang kau cinta. Bodohnya, aku percaya begitu saja pada kata-kata lelaki buaya. Ku kira, pelukan itu hanya aku yang merasakan hangatnya. Ternyata, aku hanya salah satunya.

Di balik semua kenangan pahit itu, salahku masih menyimpan senyum manis saat kau meminta aku menjadi wanitamu.

Seharusnya, aku juga lupa dan bisa menjalani hari-hari tanpa takut untuk mengingat lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

siapa yang paling terang

tak ada warta, tak ada warna  menjenguk arang yang ditinggalkan apinya  menyapa tanah basah yang kehilangan jejaknya  memanggil hujan dengan...